Thursday, July 29, 2010

Almost Here

Did I hear you right
’cause I thought you said
Let’s think it over
You have been my life
And I never planned
Growing old without you
Shadows bleeding through the light
Where the love once shined so bright
Came without a reason
Don’t let go on us tonight
Love’s not always black and white
Haven’t I always loved you?
But when I need you
You’re almost here
And I know that’s not enough
And when I’m with you
I’m close to tears
’cause your only almost here
I would change the world
If I had a chance
Oh won’t you let me
Treat me like a child
Throw your arms around me
Oh please protect me
Bruised and battered by your words
Dazed and shattered now it hurts
Haven’t I always loved you
But when I need you
You’re almost here
And I know that’s not enough
And when I’m with you
I’m close to tears
’cause your only almost here
Bruised and battered by your words
Dazed and shattered now it hurts
Haven’t I always loved you
But when I need you
You’re almost here
Well I never knew how far behind I’d left you
And when I hold you your almost here
Well I’m sorry that I took our love for granted
And now I’m with you I’m close to tears
’cause I know I’m almost here
Only almost here
 

Monday, July 26, 2010

Pengen pake rok.,,,

Belakangan ini gak tau kenapa mata adem banget ngeliat rok di pajang di etalase mall seneng banget ngeliatnya. pengen pake rok malu sebenernya ngaku cewek tapi gak ad rok satupun dalam lemari beberapa waktu lalu sempet ada itupun seragam sekolah parah banget dah

Ngakunya muslimah tapi gk punya rok malu banget rasanya ada beberapa alasan sebenernya kenapa sampek sekarang gak ada satu rok pun yang tersimpan dalem lemar. klise banget sebenarnya
 
  1. dari kecil sebenernya banyak tingkah gak bsa diem kalo duduk suka asal takut kalo pake rok jadinya malah gak bsa gerak...alasan klasik hahhahaha
  2. badan kecil sedikit berisi takut klo pake rok malah tambah bulet takut dikira bola ntar
  3. waktu kuliah masuk di jurusan yang d dominasi pria nasib jadi 2 cewek paling cantik di kelas selalu bakalan jadi perhatian temen pake apapun suka d komentarin sama para cecowok di kelas jangan salah mulut mereka lebih ember dari mulut cewek lo..
  4. begitu dah kerja masih berkutat d dunia cowok meskipun tetep stand by d kantor tapi kebiasaan pake celana lebih simple so gak ada alasan musti pake rok.
tapi ??? belakangan ini suka banget ngeliat rok jadi mupeng kl orang pake rok... bener2 jadi perempuan yang sesungguhnya. padahal wanita muslimah seharusnya memang harus pake rok itu yang membedakan pakaian pria dan wanita...harusnya memang begitu bukan???

Need Help.......!!

Gak tau kenapa tiba2 emoticonq untuk postingan blogq tiba2 hilang padahal logo greysmonkey nya masih nongol di sudut kanan bawah.. sebenarnya gak gtu pengaruh sih emoticon itu ada pa gak cuma lagi pengen banget tuh emoticon nongol di postingan blogq lagi udah di coba di install lagi tapi tetep gak muncul tuh emoticon..

moga aj ad yang baca tulisan ini.. buat yang baca tolong bantu kasih tau kenapa???

Friday, July 23, 2010

I cried for my brother six times

 Just for share....

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.

Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. "Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!". Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"
Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11. Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..." Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku." Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!" Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini. "Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke Universitas.Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku:

"Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."
Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas).

Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"
Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?" Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?" Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu." Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita! "Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya. "Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..." Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."


Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.


Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"


Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?" Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!" "Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.


Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat.


"Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu.


Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."


Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.


Sumber: Diterjemahkan dari "I cried for my brother six times"

Jogja... kau kembali

Jogja... Aku tau kota ini menyimpan seribu kesan buatmu, bisa dibilang tempatmu mencari jati diri mungkin? setelah tujuh tahun berlalu ahirnya kau datang lagi ke kota ini kampung halaman keduamu tapi yang berbeda kali ini kau ajak aku untuk ikut serta menemani perjalananmu dan aku suka itu.

Meskipun tak banyak waktu yang kita habiskan disini sejujurnya pengen lebih lama  tapi aku senang melihat kau tersenyum dengan teman2mu membicarakan masa-masa itu,.. meski aku tak tahu persis tapi aku bisa merasakan ini adalah harimu dan aku tak akan mengganggu karena aku cukup senang bersamamau.

Aku bahagia bersamamu...







Tuesday, July 6, 2010

Semeru 17-20 Agustus 2007,..

Sebenarnya sudah sejak lama keinginan untuk melakukan perjalan ini tapi nyali tak sebesar impian, tidak tahu apa yang mendorong begitu besar keinginan untuk bisa menjejakkan kaki pada puncak itu. tapi semangat ini mengalahkan nyali yang ada dalam diri. 16 Agustus 2007 malam perjalanan dimulai tidak tahu pukul berapa tepatnya karena waktu pukul 21:00 yang direncanakan ahirnya meleset hingga pukul 23 lebih tidak tahu pasti kami terdampar di bungurasih karena tepat pada hari itu adalah hari libur maka suasana terminal malam itu beuhhhhh lebih dari sekedar rame hingga kita bisa dibilang terlantar menunggu bus yang bisa membawa kami menuju Arjosari.

Kami berangkat berlima 3 pria 2 wanita, dan ini adalah perjalanan pertamaku melakukan pendakian bisa di bayangkan perasaanku saat itu bukan? Satu hal yang baru aku ketahui saat itu ternyata meskipun para lelaki ini yang  sudah tidak asing menaklukkan puncak gunung ,ternyata SEMERU merupakan pendakian pertama mereka juga tak hayal pengakuan mereka menyurutkan semangatku tega bener mereka membawaku, meyakinkanku kalo perjalanan ini akan sangat menyenangkan buatku tapi huffftttt kurang ajar umpatku keras pada mereka dan bodohnya mereka baru bilang pada saat kami tengah menuju kesana. mundur tidak mungkin satu-satunya jalan cuma meneruskan perjalanan.
Tidak tahu pukul berapa tepatnya kami sampai di Ajosari tapi yang jelas hampir pagi. perjalanan akan dilanjutkan menuju terminal tumpang tapi seperti biasa angkot menuju tumpang tidak akan berangkat kalo penumpangnya belum penuh lagi lagi kami menunggu hohohohoho...,,
Akhirnya kami sampai juga di terminal tumpang pas dengan suara adzan subuh.

Perjalanan dimulai dengan hardtop menuju Ranupane kaki gunung semeru, sedikit kabar baik buatku kami bertemu dengan 2 pria yang salah satunya sudah sembilan kali naik turun semeru senangnya hatiku ahirnya ada juga penunjuk jalan buat kami ahirnya kami bergabung jadi 7 orang dalam rombongan, namun tak hanya itu karena ini 17 agustus maka semeru akan lebih rame dengan pendaki2 yang sudah biasa dengan acara tahunan di semeru, di perjalanan menuju Ranupane sungguh luar biasa indahnya pemandangan sekitar subhanalllah,,..

Sangat  bersyukur jadi wanita karena pada saat seperti ini kami selalu di istimewakan kami duduk didepan dan yang laen harus rela berdesak-desakan dan berpanas-panasan di belakang hehehhe.,,, tapi jangan dikira perjalan ke Ranupane berjalan mulus tiba-tiba hard top yang kita tumpangi mogok di tengah jalan ampunn apalagi ini tapi terselamatkan lagi karena kami wanita. gak ikut capek-capek dorong deh hehehehhe



Setelah melakukan perbaikan disana-sini tau apa itu urusan para cecowok ahirnya Hardtop bisa melaju lagi dan perjalananpun bisa dimulai lagi hingga tiba di Ranupane .

















Perjalanan yang sebenarnya dimulai masih semangat-semngatnya nih.meskipun belum tau medan tapi semangat kami tak kalah dengan semangat pendaki sejati.Disepanjang jalan banyak kita temui pendaki-pendaki lain ada yang baru sama-sama berangkat bahkan ada yang sudah turun tapi satu yang sama meski cuma berpapasan sesama pendaki saling memberi semangat, ini yang paling aku suka serasa saudara meski baru bersua.

Ternyata tidak seperti yang kukira sebelumnya capek, haus, laper, lelah segera menghampiri padahal Ranu kumbolo tempat tujuan pertama kita belum ada setengahnya terlihat ,naman bayangan kaki selonjor  di tenda dan menghangatkan tubuh sembari ngeteh rasanya memberi semangat untuk cepat sampai tujuan kami bahkan orang-orang yang lewatpun memberi kita semangat
Semangat mbak 1 kilo lagi Ranu Kumbolo tuh di ujung dah pada keliatan danaunya.,,,,
Bo'ong nih orang sahutku dalam hati, nih udah sekilo gak sampek-sampek  udah ada yang ngomong sama persis kayak tadi ahhhh...ada konspirasi terselubung nih. aku sebenarnya tau apa maksut mereka tak lain tak bukan hanya untuk tetep mengobarkan semangat kami para cecowok pun tak henti memompa semangat kami para cewek padahal tau persis muka-muka mereka gak bohong keringet sejagung-jagung botol minum dah pada abis tanda mereka tak kalah capeknya dengan kami tapi semua itu sirna begitu hamparan danau biru membentang nampak dari atas danau biru nan luas....Subhanallah indah sekali ahirnya kita sampai di Ranu Kumbolo sekitar pukul 15:30.

Kalimati tujuan kita selanjutnya, karena capeknya bukan maen kami memutuskan melanjutkan perjalanan menuju kalimati pagi hari, tapi rasa-rasanya capek gak ilang2 dari badan baru sekitar pukul 14:00 perjalanan menuju kalimati dimulai. karena mengingat kekuatan kami para cewek pemula lagi kami rombongan sampai di kalimati magrib tidak mungkin rasanya kita melanjutkan perjalanan ke Arcopodo karena itu kami memutuskan berhenti dan mendirikan tenda disini dan baru melanjutkan perjalanan langsung kepuncak Mahameru pukul 01:00 dini hari nanti.
Mungkin karena ini perjalanan pertamaku rasanya tak bisa bergerak badan ini kram memenuhi badan ini dari pada nanti malah jadi beban di atas ahirnya aku memutuskan tidak ikut ke puncak dan tinggal di tenda saja, sayang sebenarnya tinggal selangkah lagi menuju Arcopodo, Cemoro Tunggal dan Mahameru dan menyaksikan langsung kawah "Jonggring Saloko" ya sudah ahirnya cuma kami 7 orang rombongan 4 yang menuju puncak dan 3 yang tinggal.. pukul 7 pagi 1 dari mereka turun gak sanggup katannya.


Mekipun tidak sampai puncak tapi oleh-oleh cerita dari teman berikut kerikil dari si bon-bon sudah mengobati rasa penasaran yang sangat, perjalanan turun gunung kami lanjutkan sekitar pukul 17:00 karena terhalang hujan tapi perjalanan turun ternyata tak selama sewaktu kita naek tapi kata rombongan perjalanan malam ternyata ada untungnya "Ketakutan membwa kekuatan" hehheheh...
Sampai Ranu Kumbolo lagi sekitar pukul 20:00 dan kembali mendirikan tenda dan melanjutkan perjalanan menuju Ranupane Esoknya...


Terimakasih sobat persahabatan dan perjalanan ini sangat berarti bagiku tak akan pernah aku lupa hingga jadi dongeng buat anak cucuku kelak...